Eigen: Eight Generation of Smudama. Sekumpulan manusia yang
dipertemukan nasib menempuh pendidikan 3 tahun nun jauh didinginnya
kabut Tinggimoncong.
Sembilan tahun mengenal mereka. Tiga tahun jungkir balik bersama dalam kehidupan asrama yang kompleks. Selebihnya berjuang mengejar impian masing-masing di bangku kuliah. Kontan banyak yang berubah sebab enam tahun bukanlah masa yang sesaat. Mereka mungkin saja bukan lagi sosok serupa yang dulu menemani perjalanan tiga tahunku. Mereka bisa saja menjadi manusia yang jauh berbeda dari yang pernah kuindera. Pun mereka pasti menilaiku demikian.
Sembilan tahun mengenal mereka. Tiga tahun jungkir balik bersama dalam kehidupan asrama yang kompleks. Selebihnya berjuang mengejar impian masing-masing di bangku kuliah. Kontan banyak yang berubah sebab enam tahun bukanlah masa yang sesaat. Mereka mungkin saja bukan lagi sosok serupa yang dulu menemani perjalanan tiga tahunku. Mereka bisa saja menjadi manusia yang jauh berbeda dari yang pernah kuindera. Pun mereka pasti menilaiku demikian.
Puji syukur, waktu dan jarak tidak serta merta memutus silaturahim di
antara kami. Tidak sesering dulu memang tapi Tuhan masih berbaik hati
mempertemukan kami dalam beberapa kesempatan. Meski sebagian hanya lewat
media maya semata.
Tak jarang intensitas pertemuan berikut keakraban yang masih saja
hangat membuat mereka yang ada disekelilingku mempertanyakan
ketidakjenuhanku sebagai seorang pembosan. Sebelum ini, ocehan itu hanya
sanggup kutimpali sebatas pernyataan, ‘Ah, andai saja kalian kenal
mereka’. Tak ada penjabaran rinci yang mampu kupaparkan agar mereka
paham betul bagaimana kalian sebegitu istimewanya dalam duniaku. Tapi
kali ini akan kucoba semampuku sejauh pengetahuanku untuk memberi
pengertian sekaligus menjawab tanya yang mengetuk rasa ingin tahuku
sendiri.
Tanpa pikir panjang dan meski dilanda kantuk, terangkai kalimat yang
membuat jemariku menari sempurna begitu saja. Alam bawah sadarku sedang
berbahasa rupanya. Dan kudapati jawabnya..
Bersama mereka, dunia serasa sederhana sebagaimana saat putih abu-abu menjadi keseharian. Tak perlu basa-basi, pun menutupi. Tak ada kompromi yang rumit. Semua sadar akan ruang dan posisinya. Mereka membuatku nyaman dengan segala ke’aku’anku.
Namun pada saat yang sama, mereka berpendar dengan keistimewaan masing-masing. Mereka hadir dengan pencapaian luar biasa yang selalu tak terkata. Mereka adalah pribadi yang sangat bisa kuandalkan dalam bidangnya masing-masing. Mereka selalu berhasil memantik sumbu imaji bagi impian-impianku.
Bersama mereka, dunia serasa sederhana sebagaimana saat putih abu-abu menjadi keseharian. Tak perlu basa-basi, pun menutupi. Tak ada kompromi yang rumit. Semua sadar akan ruang dan posisinya. Mereka membuatku nyaman dengan segala ke’aku’anku.
Namun pada saat yang sama, mereka berpendar dengan keistimewaan masing-masing. Mereka hadir dengan pencapaian luar biasa yang selalu tak terkata. Mereka adalah pribadi yang sangat bisa kuandalkan dalam bidangnya masing-masing. Mereka selalu berhasil memantik sumbu imaji bagi impian-impianku.
Singkat kata, mereka membuatku percaya bahwa luar biasa dan apa adanya bisa bersenyawa.
Dan katakan bagaimana saya melewatkan kesempatan istimewa untuk tetap, selalu, dan terus berada di sekeliling mereka?
Karena bahkan merindukan mereka laiknya menemukan kembali kepingan semangatku yang perlahan meluruh karena situasi dan waktu.
Karena bahkan merindukan mereka laiknya menemukan kembali kepingan semangatku yang perlahan meluruh karena situasi dan waktu.
Me adore that much, Eigen.
Thank you for being there, always be my real friend and keep inspire me.
Happy 9th anniversary! ξ\(´▽`)/ξ
Thank you for being there, always be my real friend and keep inspire me.
Happy 9th anniversary! ξ\(´▽`)/ξ
by.
Novita Ratih
July 30th,2012
luar biasa dan apa adanya bisa bersenyawa..
BalasHapuswhat a perfect sentence to describe everything.everything.
me adore eigen that much too
thankyou.for everyhing, friends :)